Emang ada y pola gaya hidup dibiayai dengan hutang? Banyak dan umum terjadi di sekitar kita, namun hutang bisa menjadi jalan untuk mencapai tujuan keuangan namun di sisi lain hutang dapat menjadi bom waktu yang siap meledak setiap saat apabila kita salah dalam mengelolanya
Tulisan ini kami buat sebagai illustrasi atas kisah nyata dari “teman” yang kebetulan minta tolong dibantu dalam pengelolaan dan perencanaan keuangan setelah semua badai terjadi akibat pola gaya hidup dari hutang.
Singkat cerita pak Fulan (nama disamarkan) adalah seorang yang berpendidikan bagus, ybs adalah sarjana S1 lulusan perguruan tinggi ternama, awal bekerja adalah di perbankan, dengan diawali bergabung melalui program pendidikan level managerial, yang memungkinkan setelah menyelesaikan pendidikan, pak Fulan bisa menjadi seorang Manager, dan mempunyai masa depan dan jenjang karir yang baik. Dalam perjalanan kariernya, pak Fulan mengalami naik turun jabatan dan posisi dan mengalami perpindahan tempat kerja ssekitar 4x, dan semuanya masih diperbankan, saya sempat bertanya kenapa dan apa sebabnya terjadi peristiwa seperti roller coaster? Apakah mencari jabatan, gaji dan posisi yang lebih baik? Ternyata dari pengakuan pak Fulan, hal itu disebabkan karena sikap dan sifat nya yang sangat keras dan cenderung arogan, sehingga banyak dimusuhi sesame karyawan, bahkan dengan pmpinan juga dilawan, singkat cerita bahwa pak Fulan menuai badai akibat menabur angin. Sebetulnya dengan posisi dan pendapatan saat itu dengan keluarga yang baru memiliki 2 anak, kondisi keuangan pak Fulan lebih dari cukup untuk kehidupan sehari-hari, untuk ditabung, dinvestasikan. Namun hal tersebut tidak dilakukan karena pola gaya hidup beliau yang sangat konsumtif sejak masih bujang hingga berkeluarga dan memiliki anak, dan celakanya sang istri juga mengamini kondisi tersebut. Akhirnya hasil dari kerja pak Fulan habis tanpa sisa hanya untuk kebutuhan konsumtif, membayar kartu kredit (penuturan dari pak Fulan memiliki 12 kartu kredit,, dengan total limit 400 juta an), wow luar biasa sekali. Ada rumah, ada mobil tapi itupun didapatkam dari fasilitas kredit lunak di tempat bekerja, dengan masa angsuran selama 15 tahun.
Singkat cerita pak Fulan diajak kerjasama pleh teman lama sma nya yang kebetulan memiliki warung soto terkenal dan melegenda di kota pak Fulan. Dengan perjanjian imbal balik 7% per bulan dari uang yang dipinjamkan pak Fulan kepada temannya maka tanpa pikir panjang pak Fulan memanfaatkan tabungan yang ada dan kartu kredit yang ada untuk dimanfaatkan dana tunainya, baik melalui atm maupun gesek tunai di counter yang menyediakan fasilitas tersebut. Saking percayanya kepada temannya dan setelah berjalan beberapa bulan dan imbal balik selalu terbayar tepat waktu pak Fulan semakin terlena dan semakin memperdalam pemakaian karu kreditnya hingga mencapai limit 300 juta an, sehingga total uang yang dipinjamkan ke teman pak Fulan mencapai 600 juta an. Tanpa ada kontrol dan tanpa melihat perkembangan warung soto itu karena saking percayanya, akhirnya pada suatu saat teman pak Fulan dan istri masuk ke penjara akibat dilaporkan oleh salah 1 rekan kerjanya karena melakukan penipuan dan penggelapan uang.
Nah disinilah masalah dimulai, begitu teman dan istrinya masuk ke penjara, bingunglah pak Fulan atas kewajiban pembayaran kewajiban kartu kredit yang selama ini hanya dibayarkan sesuai pembayaran minimal tiap bulannya 10% dari total tagihan, Belom lagi uang tabungan yang habis.
Periode buruk dan tidak nyaman dialami pak Fulan dan keluarga, dimana akibat kartu kredit yang menunggak pembayaran akhirnya menjadi langganan para debt collector dating ke rumah untuk menagih, disertai dengan terror dan sebagainya. Singkat cerita karena kondisi sudah demikian parah, dan tidak ada alternatif lain, akhirnya 1 per 1 asset pak Fulan terjual, mulai dari 2 rumah yang sudah dimiliki, 2 mobil, semuanya dijual untuk menyelesaikan kewajiban kartu kredit yang tertunggak selama hamper 1,5 tahun dan menurut konfirmasi pak Fulan sudah mencapai 700 juta an, belum ditambah hutang lain tanpa agunan untuk gali lubang tutup lubang.
Setelah asset rumah dan mobil terjual dan pengajuan keringanan pelunasan dilakukan, sisa hutang kartu kredit pak Fulan masih sekitar 150 juta an, dan itu yang sampai saat ini masih ditanggung beliaunya. Saya sampaikan bahwa hutang adalah sesuatu yang harus diselesaikan apapun masalahnya, jangan dibawa mati, pak Fulan juga menyadari tapi memang saat ini kondisinya belum memungkinkan karena saat ini pak Fulan hanya bekerja sebagai tenaga administrasi di perusahaan milik salah 1 temannya. Pak Fulan akhirnya bercerita bahwa beliau dipecat dari pekerjaannya di perbankan karena melakukan fraud terhadap nasabah nya, disusul dengan kondisi ekonomi yang sudah berat dan jobless, istri mengajukan gugatan cerai dan membawa kedua anaknya pergi dari kehidupan pak Fulan dan entah dimana saat ini. Pak Fulan saat ini hidup di rumah kost, menyewa 1 kamar kost, dan menjalani hari demi hari dengan bekerja sebagai tenaga administrasi dengan pendapatan yang tidak seberapa, penting bisa untuk makan dan bayar kamar, begitu yang disampaikan ke saya.
Pak Fulan secara lisan menyampaikan ke saya, apa yang bisa saya bantu atas permasalahan ini? Dengan melihat alur cerita sebelumnya dan kondisi saat ini y dengan sederhana saya sampaikan kalo saya tidak bisa banyak membantu, kenapa?
- Hutang pak Fulan dari kartu kredit dan hutang tanpa agunan masih eksis dan sumber pendapatan saat ini tidak bisa untuk menyelesaikan karena untuk hidup dan makan saja pas-pas an
- Kondisi ekonomi dan social pak Fulan berada dititik terendah dalam kehidupannya akibat gaya hidup konsumtif, dan tidak memiliki perencanaan keuangan yang baik. Prinsipnya ada uang y dnikmati, dimanfaatkan, urusan esok hari adalah urusan nanti
- Dibantu untuk dilakukan pengelolaan dan perencanaan keuangan juga belum memungkinkan karena source of income sangat tipis, padahal kalo mau bicara pengelolaan dan perencanaan keuangan yang terpenting adalah “duit” sudah ada
- Saya hanya menyarankan untuk banyak-banyak melakukan istighfar dan mohon ampun atas segala dosa yang dilakukan saat kemarin, menikmati riba atas uang yang dipinjamkan
- Mendoakan mantan istri dan anak-anak agar selalu sehat dan suatu saat bisa bertemu kembali, dan 1 hal yang perlu saya lakukan adalah membesarkan hati pak Fulan bahwa yakinlah suatu saat anak-anak akan mencari bapaknya
- Fokus dalam perjaan saat ini dan bila memungkinkan mencari tambahan penghasilan lain untuk perbaikan ekonomi dan untuk bisa mulai mencicil menyelesaikan hutang
- Percaya pada Allah, bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuan umatnya
- Pasrah, bersyukur dan sekecil apapun untuk bisa bersedekah
- Berpikiran positif bahwa suatu saat semua hutang akan terselesaikan da nada sumber pembayaran yang bisa menyelesaikan semuanya
- Disaat itu saya akan membantu dalam hal pengelolaan dan perencanaan keuangan untuk penyelesaian hutang dan menyiapkan perencanaan untuk masa depan yang masih bisa dijalani dan dilalui pak Fulan
Point pentingnya adalah, biasakan pola gaya hidup sesuai dengan kemampuan keuangan kita, kalaupun keuangan kita berlebih, tetaplah memiliki pengendalian diri, uang tidak dihabiskan untuk saat ini, tapi dikembangkan untuk masa depan, untuk pendidikan anak, persiapan pensiun
Jangan terlalu menggampangkan pemakaian kartu kredit yang memiliki tingkat bunga yang tinggi, bijaklah menggunakan kartu kredit, sebaiknya melakukan pembayaran lunas tagihan seluruh pemakaian kartu kredit, jangan melakukan pembayaran minimal.
Perlunya menempatkan semua uang yang dimiliki tidak hanya dalam tabungan saja, tapi manfaatkan instrument keuangan lain seperti saham, obligasi, reksadana, logam mulia untuk mencapai tujuan dan rencana keuangan.
Memiliki sikap percaya kepada orang lain itu bagus, tapi lebih bagus dan bijaksana apabila tidak gampang percaya
Apabila memiliki keinginan untuk bisnis dan kerjasama dengan orang lain, lakukan verifikasi, kelayakan usaha dan kelangsungan usaha ke depan. Jangan silau dengan iming-iming imbalan yang tinggi diluar akal sehat, hanya karena ingin mendapatkan keuntungan yang besar
Mengambil hutang diperbolehkan, asal bisa diukur kemampuan bayarnya, rasio hutangnya terhadap keuangan kita, jangka waktu, dan peruntukkannya, jangan ambil hutang yang sifatnya konsumtif, ambillah hutang untuk hal yang sifatnya produkti, sehingga hasil dari hutang produktif itu bisa untuk menyelesaikan hutangnya sendiri
R. Joko Purwanto CFP IPP