Di Tengah ekonomi global yang terus mengalami penurunan, banyak isu-isu yang muncul mengenai kondisi ekonomi Indonesia. Hal ini sangat wajar terjadi dikarenakan perubahan ekonomi tersebut juga berdampak di Indonesia, dimana dapat kita rasakan beberapa bulan ini peningkatan harga bahan pokok dan harga BBM terus terjadi. Beberapa isu lain bahkan menyatakan bahwa Indonesia akan mengalami resesi. Tapi, bener gak sih isu itu?
Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan yang menjabat sekarang mengatakan “Saya rasa seharusnya melihat saja faktual mengenai tadi background setiap negara sisi kinerja pertumbuhan ekonomi, inflasi, neraca pembayaran, kinerja APBN, kinerja kebijakan moneter, dilihat inflasi, nilai tukar rupiah dan korporasinya,” di sela-sela acara G20, Bali, Rabu (13/7/2022). Apa sih maksudnya Ibu Sri Mulyani?
Kita mulai dulu dari, apa arti dari resesi itu? Resesi adalah kondisi dimana suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara sedang memburuk yang terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang negatif, pengangguran meningkat, maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut. Dari definisi ini, apakah Indonesia sedang mengalami resesi? Yuk, kita bahas fakta-fakta kondisi ekonomi Indonesia saat ini
Pertumbuhan Ekonomi
Ekonomi Indonesia tumbuh 5,01% (year on year/yoy) pada kuartal I-2022 artinya, tren pertumbuhan ekonomi domestik sudah kembali ke level historisnya sebelum terjadinya pandemi covid-19 yaitu di kisaran 5% dalam dua kuartal berturut-turut, meskipun Konsumsi rumah tangga Indonesia berada bawah level historisnya (5%) yaitu di level 4.3%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia bukanlah yang terbaik, namun Indonesia menjadi salah satu Negara dengan pertumbuhan ekonomi positif dibandingkan beberapa Negara seperti Amerika Serikat, Jepang yang mengalami penurunan dan, Korea, singapura, India yang mengalami perlambatan pertumbuhan.
Inflasi Indonesia
Indonesia seperti Negara lainnya, tidak terhindari dari inflasi akibat kenaikan harga komoditas energi yang terjadi, namun berdasarkan data bulan Mei 2022. Tingkat inflasi Indonesia merupakan yang keempat terendah dibandingkan Negara ASEAN lainnya. Meskipun melejit ke 4.35%, Inflasi Indonesia masih lebih rendah dibandingkan negara lain seperti Korea Selatan sebesar 6% pada Juni, Filipina sebesar 6,1% pada Juni, atau India 7,01% pada Juni, Thailand 7.66%.
Neraca Perdagangan Indonesia
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2022 kembali mencatat surplus, yakni 5,09 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya sebesar 2,90 miliar dolar AS. Kinerja positif tersebut melanjutkan surplus neraca perdagangan Indonesia sejak Mei 2020. Surplus pada neraca perdagangan ini ditopang oleh sektor non-migas, pada sektor migas Indonesia mengalami defisit sebesar 2,14 miliar dolar AS pada Juni 2022. Hal ini sejalan dengan meningkatnya komoditas energi serta dukungan pemerintah terhadap rakyat melalui subsidi BBM dan tarif dasar listrik.
Nilai Tukar Rupiah (IDR)
Nilai tukar IDR terus tertekan dalam sebulan terakhir sebagai dampak dari kenaikan suku bunga acuan The Fed yang menyebabkan terjadinya capital outflow. Sepanjang tahun ini, rupiah sudah melemah sekitar 4,8%. tapi ternyata pelemahan Rupiah tidak setajam mata uang lainnya sepertirupee India yang melemah sekitar 6,4% atau baht Thailand yang menyusut 8%. Capital outflow yang terjadi tidak dapat dipandang sebelah mata, oleh karena itu Bank Indonesia diproyeksikan akan melakukan beberapa kebijakan moneter antara lain: membatasi subsidi, menerbitkan surat utang (obligasi), dan meningkatkan suku bunga.
Utang Luar Negeri Indonesia
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia mengalami penurunan pada Mei, dengan demikian penurunan sudah terjadi dalam 3 bulan beruntun dengan nilai sebesar 10,033 US$ juta dollar. Penurunan tersebut terjadi baik dari utang pemerintah maupun swasta. Pembengkakan utang luar negeri Indonesia pada tahun 2021 merupakan dampak dari pemulihan dan dukungan pemerintah dalam rangka pemulihan ekonomi, dan fakta lainnya Bank Indonesia menilai struktur utang Indonesia tetap sehat, karena rasio Utang Luar Negeri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih berada di kisaran 32,3%.
Dengan kondisi ekonomi Indonesia yang masih dalam tren positif dan terus bertumbuh, apakah Indonesia pasti terhindar dari resesi? Tentu saja tidak, kondisi ekonomi antar negara dapat digambarkan seperti sebuah ikatan rantai yang sangat besar. Jika terjadi kerusakan atau karat pada satu mata rantai, maka mata rantai lainnya dapat berdampak, dan menyebabkan ikatan rantai tersebut menjadi lemah. Penting untuk kita juga mempersiapkan diri dan tentunya keuangan kita apabila kondisi ekonomi global terus berlarut seperti ini.